Jumat, 29 November 2013

HIKIKOMORI

Apa yang dimaksud dengan hikikomori?

Dilihat dari asal katanya hikikomori terdiri dari 2 kata yaitu hiki (hiku = menarik) dan komori 
(komoru = menutup atau mengurung diri). Menurut psikolog JEpang bernama Saito Tamaki yang merupakan seseorang yang gencar meneliti masalah tersebut, hikikomori adalah keadaan dimana seseorang mengurung diri di rumahnya sendiri selama lebih dari 6 bulan. Selama pengasingan dirinya sendiri itu, ia tidak berpartisipas dalam masyarakat seperti pekerjaan dan sekolah serta tidak berhubungan akrab dengan siapapun kecuali mungkin keluarga. Namun komunikasi dengan keluarga sekalipun terkadang hanya dilakukan melalui surat yang diselipkan di bawah pintu kamar si pelaku hikikomori.

Munculnya keluarga-keluarga kelas menengah yang mapan, yang mampu menyediakan berbagai fasilitas di rumah bagi anak-anaknya sehingga bisa menikmati kesendiriannya di rumah juga merupakan salah satu faktor yang mendukung generasi muda melakukan hikikomori. Bandingkan dengan zaman dulu ketika belum ada video game atau internet.

Dua hal yang perlu ditekankan dari hikikomori, menurut Saito, adalah hikikomori merupakan suatu keadaan, bukan penyakit, dan unsur waktu yang terlibat di dalamnya. Jadi, kalau kamu sedang bad mood dan mengurung diri di kamar selama satu atau dua hari, itu belum bisa digolongkan sebagai hikikomori, akan tetapi, meskipun bukan penyakit, jika seseorang melakukan hikikomori terlalu lama, bisa muncul gejala-gejala kelainan secara kejiwaan sehingga membutuhkan penanganan psikis. Terkadang hikikomori juga dipicu oleh penyakit kejiwaan yang sudai diidap oleh pelaku sebelumnya. Alasan seseorang melakukan hikikomori bisa bermacam-macam, namun pada umumnya adalah karena tidak berani meneruskan pendindikan ke jenjang berikutnya, takut bersaing saat berusaha memperoleh pekerjaan, tidak bisa menanggung beban dan tekanan di sekolah maupun tempat kerja, dan lain lain.

Kita sendiri mungkin sering mendengar tentang beratnya tekanan hidup di Jepang yang amat mengutamakan tingkat pendidikan seseorang sebagai kunci menentukan kualitas seseorang. Anak-anak dari kecil sudah disuruh mengikuti berbagai macam les sehingga tak jarang mereka tiba di rumah saat malam sudah larut. Itupun masih disambung dengan acara belajar sendiri di rumah sebelum tidur.

Yang dilakukan para pelaku hikikomori selama mengurung diri, tidak jauh dari bermain game, berselancar di internet, menonton tv, atau membaca komik (yang berarti masih mempunyai kegiatan) sampai hanya bengong menatapi tembok!

Menangani penanganannya, masih ada silang pendapat antara ahli-ahli Jepang dan Barat, pendapat kuat di Jepang menyarankan menunggu sampai ada kemauan yang muncul dari diri si pelaku itu sendiri untuk kembali bermasyarakat. Sementara ahli Barat justru menyarankan agar dilakukan suatu paksaan supaya si pelaku mau keluar dari persembunyiannya itu. Yang jelas, bantuan sebenarnya tidak hanya diperlukan oleh si pelaku hikikomori namun juga keluarganya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

おろかみたいなコメントをする人は地獄へ行け