Rabu, 01 Januari 2014

OPINI

Hampir satu semester sudah sejak pertama kali mata kuliah softskill ada di kelas saya, memang untuk setiap semesternya akan ada mata kuliah yang satu ini, namun, mata kuliah ini untuk yang pertama kalinya agak berbeda dengan yang sudah dilalui sebelumnya.

Ibu dosen pada awal pertemuan sudah mengingatkan bahwa mata kuliah sofskill semester ini akan berbeda dengan yang sebelumnya, hal ini terbukti pada tugas-tugas yang diberikan oleh ibu dosen beberapa menit setelah peringatan tersebut. Spontan saya kaget, mata kuliah yang seharusnya merupakan mata kuliah yang paling santai yang ada berubah menjadi sesuatu yang baru. "apa ini?" "kenapa mata kuliah 1 sks bisa begini dasyat?", kata-kata seperti itu terlintas dalam kepala saya (yang belakangan saya cek kembali KRS saya dan ternyata mata kuliah softskill kali ini bukan 1 SKS namun 2 SKS).

Singkat kata, tugas yang diberikan sebenarnya tidak sedasyat itu, hanya saja kuantitas tugas yang diberikan semester ini dibanding dengan semester berikutnya agak jauh, namun, setelah dijalani ternyata tugas-tugas ini memiliki daya tarik sendiri. Ini bukanlah tugas yang mengharuskan kita untuk memutar otak, atau membuat kita sibuk, namun ini merupakan tugas yang dapat membuat kita asyik, bahkan sampai lupa waktu.

Terlepas dari tugas, dari keseharian yang ada di dalam kelas sendiri, ibu dosen terlihat sebagai orang yang tegas. Dosen menuntut kita agar kita tetap fokus selama kegiatan belajar mengajar, sekilas memang dosen dengan pribadi seperti ini kadang terkesan galak, killer, menyebalkan, dan sebagainya, namun jika kita memperhatikan lebih jauh lagi, itu hanyalah penampilan luar saja. Jika seseorang menuntut seseorang lainnya untuk mendengarkan pada ia berbicara secara logis itu adalah hal yang wajar. Banyak orang yang menganggap bila ada guru atau dosen yang marah ketika kelas berisik, maka dia adalah guru / dosen yang galak, namun siapapun yang pernah berbicara di depan orang banyak pasti tahu persis bahwa apabila kita berbicara di depan orang banyak dan kata - katanya tidak didengarkan itu adalah sesuatu yang menyebalkan (bahkan bagi saya sendiri), apalagi bila kita bicara bukan untuk kepentingan kita sendiri namun untuk kepentingan si pendengar.

Predikat ibu dosen sebagai dosen galak benar - benar terbantah pada saat kita mengetahui metode penilaian sang ibu dosen. Hal pertama yang ditekankan oleh dosen pada saat menyerahkan tugas pada mahasiswanya adalah, bahwa dosen akan membaca semua artikel buatan setiap mahasiswa yang mana seorang minimal akan menulis 20 artikel, ditambah dengan beberapa resume. yang terlintas dalam pikiran saya saat itu adalah, anggaplah seorang dosen mengajar 3 kelas dalam satu semester, maka setidaknya dia harus membaca artikel dari 120 mahasiswa, dengan asumsi mahasiswa per kelasnya 40 mahasiswa. "Membaca artikel sebanyak itu nampaknya adalah sesuatu yang... unlikely." demikian yang ada dalam pikiran saat itu. namun saya berpikir lagi, jumlah artikel sebanyak itu tidaklah seberapa di depan seseorang yang gemar membaca, dosen pun bilang bahwa dia dapat mengenali gaya tulisan tiap orang sehingga sehingga apabila ada seseorang yang mencoba untuk copy paste dalam tugas ini, dosen dapat langsung mengetahuinya. Tidak setiap orang dapat melakukan hal tersebut, namun sekali lagi saya berpikir bahwa ada orang yang bahkan dapat meresapi sedemikian rupa suatu bacaan sehingga ia dapat merasakan emosi sang penulis pada saat menulis bacaan tersebut, entah itu sedih, marah, atau gembira, ya, saya kenal orang yang dapat melakukan hal tersebut. Singkat kata, apabila dosen kali ini merupakan orang yang mempunyai salah satu dari sifat di atas, maka kemungkinan dia membaca satu per satu artikel mahasiswanya sangatlah besar.

"Kalau memang untuk menyelesaikan tugas kali ini membutuhkan keajaiban, maka akan saya buat keajaiban itu terjadi!" ,ucap saya dalam hati membulatkan tekad. Setelah keajaiban pun terjadi, tibalah pada hari dimana ibu dosen meminta untuk mahasiswanya masuk pada hari tertentu untuk membahas nilai. Dan benar saja, melirik ke dalam catatan dosen, saya dapati semua artikel teman-teman telah dibaca. Ini terlihat dari sang ibu dosen telah membuat catatan kecil di setiap artikel yang telah dibacanya di dalam catatan pribadinya. Walaupun hari tenggat waktu untuk menyerahkan tugas sudah jauh lewat, namun dosen masih memberi kesempatan untuk mereka yang tugasnya masih kurang, entah itu karena jumlah artikelnya yang kurang, ataupun karena memang kurang dalam hal lain. "Tidak sulit memperoleh nilai dari mata kuliah ini kali ini, dia tidak mempersulit atau galak, dia hanya tegas, baik ke orang lain maupun ke dirinya sendiri" ,begitulah yang ada dalam pikiran saya pada akhir jam kuliah.